Sunday, September 29, 2013

Imajinasi Liarku tentang Teknologi


 Ah... kenapa selalu teknologi?
Aku selalu membenci teknologi. Bukan karena imbasnya ke anak muda zaman sekarang, ataupun karena dosen pengampunya *eh. Tapi lebih karena aku adalah orang yang gaptek.
Oke... jujur, aku baru mengenal handphone disaat aku menginjak kelas lima SD. Itupun karena ayahku menemukan barang aneh yang bisa menyala itu saat memancing di pelabuhan bersamaku. Sebelum itu, sering sih aku mendengar istilah ‘hape’ dari teman-teman sekelas yang tajir. Tapi, dulu kukira hape itu adalah sebuah mainan berupa ayunan atau mobil remote control. Haha.
            Jujur pula, aku baru menyentuh yang namanya komputer di kelas tujuh SMP. Memalukan, kan? Rasanya seperti akan bertemu monster bertangan enam berwarna hijau kekuningan dan berlendir setiap kali akan ada jam pelajaran TIK kala itu. Mouse tak ubahnya menjadi tikus penggigit jari tangan yang selalu membuat jemariku gemetaran. Nilai TIK di rapor kelas tujuh SMP saat itupun hanya mencapai 65, hiks.
            Seumur hidupku, sudah tak terhitung berapa kali komputerku eror gara-gara aku yang sok tau dan asal pencet tombol ini itu. Dell, komputer pertamaku yang masih menggunakan CPU tidur (horizontal), kini berada di suatu tempat di dalam gudang sana. Tertidur di dalam kegelapan bersama tikus-tikus dan seekor tokek yang sangat berisik. Harus aku akui, nasib Dell-ku yang malang itu memang karena ulahku. Sudah tak terhitung pula berapa kali sudah aku bolak-balik ke counter dan meminta tolong ke mbak-mbak penunggu counter untuk membetulkan hape-ku yang suka eror. Oke... itu juga salahku yang sok tau.
            Bagaimana? Aku gaptek banget, kan?
            Tapi... namanya juga manusia. Aku juga punya naluri, terutama naluri untuk berkembang *ciee. Disaat menginjak bangku kelas sembilan SMP, aku mulai berpikir. Akhirnya, setelah berpikir, aku mulai mendekati teman-temanku yang suka online dan ahli IT dan mengakrabkan diri dengan mereka. Perlahan, aku mulai mencuri ilmu dari mereka, terutama ilmu tentang dunia IT. Aku pun mulai memberanikan diri ke warnet sendiri, main game sendiri, bikin akun Faceb*ook sendiri. Dan yang lebih mengagetkan lagi, aku bisa!
            Ya, aku menarik kesimpulan pada akhirnya. Bahwa bila ingin pintar akan teknologi, kuncinya ada dua. Yaitu belajar berbahasa Inggris dari guru dan belajar komputer dan pengoprasiannya dari anak-anak online.
            Seperti halnya diriku yang masih dan selalu berkembang, teknologi pun juga demikian. Hape pertama ayahku, yang ditemukan saat memancing itu, adalah hape Nok*ia berlayar hitam putih dan tahan banting. Saat itu, benda semacam itu mungkin telah menjadi barang yang sangat mewah oleh beberapa kalangan. Namun bila dibandingkan dengan zaman sekarang, hape itu tak ubahnya menjadi sampah, atau paling mentok ya buat ganjal pintu yang engselnya sudah rusak.
            Lha... ini menjadi bukti bahwa teknologi semakin berkembang dari masa ke masa. Aku jadi ingat ketika pertama kali melihat tablet di teve dulu ketika aku masih SMA. Kupikir kala itu, tablet pasti harganya lebih mahal ketimbang motor baru kakak yang warnanya hitam itu. Eh, ternyata sekarang, pengguna tablet bisa kita temukan di mana-mana karena saking murahnya. Bahkan, kata seseorang yang sangat kaya di luar sana (saya lupa namanya): “Tablet akan punah di tahun 2020”. I just can say WOW!
            Semua hal tentang teknologi ini membuatku berimajinasi, kira-kira di masa depan ketika aku sudah punya istri dan anak (amin), akan ada benda aneh apa lagi ya?
           
            Yang paling jelas di dalam pikiranku: kelak, akan ada sebuah teknologi dimana kita bisa melakukan banyak hal dengan bantuan sebuah bulatan kecil terbuat dari logam yang menempel di kepala kita. Bulatan itu dapat membaca pikiran kita dan memvisualisasikan apa saja yang kita bayangkan. Misalnya: aku membanyangkan di depanku terparkir satu unit Lamborghini Aventador berwarna merah hati lengkap dengan cewek Jepang seksi tengah duduk di dalamnya. Maka, komputer kecil itu akan langsung memvisualisasikan hal itu dan membuat mata kita melihat gambaran yang tadi kita bayangkan itu secara nyata.
            Jadi, dengan benda kecil itu, kita bisa terbantu merancang apa saja. Mungkin bisa rumah, alat bantu ... apa saja. Tentu saja akan mempermudah pekerjaan sehari-hari kita.
            Dengan benda itu pula, kita bisa berkomunikasi di sosial media dengan gampang. Karena dengan adanya alat tadi, halaman web yang sekarang kita buka melalui gadget, akan bisa langsung tergambar di depan mata kita. Dan kita bisa mengoprasikannya hanya dengan memikirkan. Awesome! Right?
            Tapi sayangnya, aku bukanlah peneliti, ilmuwan, ataupun ahli IT. Aku hanya manusia penuh dosa penghuni kampus FIB Undip jurusan Sastra Indonesia yang bercita-cita menjadi penulis. Aku hanya bisa membayangkan, tidak merealisasikan. Dan omong kosong diatas adalah salah satu bentuk imajinasi atau gambaranku tentang teknologi masa depan (dengan sedikit tambahan).
            So, beberapa hal di atas adalah apa yang ada di pikiranku ketika mendengar kata ‘teknologi’. Mohon maaf bila ada tutur kata yang salah. Maklum... manusia adalah mesin-pembuat-dosa yang ulung. Thank you very much... :*